Jika seseorang kuat dan tegar, justru ia harus pandai menyamarkan diri, agar
terlihat lemah dan tak berdaya. Petuah Sun Tzu itu, tentu saja, tak bisa
diterapkan di medan karier. Berpura-pura lemah dan tak berdaya, boleh jadi
semacam trik atau strategi berperang memperdayai musuh.
Namun, di kancah pergulatan karier, seseorang justru harus mempromosi kehebatannya. Becik ketitik, ala ketara -- yang baik akan tampak, yang buruk akan terlihat -- tak berlaku di jagat karier. Bagaimana orang tahu kemampuan dan prestasi Anda, kalau Anda diam seribu bahasa?
Namun, di kancah pergulatan karier, seseorang justru harus mempromosi kehebatannya. Becik ketitik, ala ketara -- yang baik akan tampak, yang buruk akan terlihat -- tak berlaku di jagat karier. Bagaimana orang tahu kemampuan dan prestasi Anda, kalau Anda diam seribu bahasa?
Mempromosi kemampuan dan prestasi bukanlah tindakan bersombong.
Mempromosi atau memasarkan diri, justru hal penting yang harus dilakukan seorang
profesional. Pasalnya, mempromosi diri dan karier merupakan strategi meraih
sukses. Dengan memasarkan kemampuan kita, bentangan dan peluang karier pun
terbentang luas. Pentingnya berpromosi ini, diungkapkan Jane Ballback dan Jan
Slater dalam bukunya: Marketing Yourself and Your Career. Memasarkan diri
memberi peluang lebih besar bagi karier seseorang. Sebab, kegiatan ini,
menurutnya, bisa membukakan pintu peluang-peluang baru, sehingga menciptakan
pekerjaan atau karier yang diinginkan.
Dengan begitu, seharusnya mempromosi diri harus terus dilakukan, meski
seseorang telah puas dengan karier yang dilakoninya sekarang. Kegiatan
berpromosi itu pun tidak tabu dilakukan seseorang, yang merasa tak bermasalah
dengan pekerjaannya, dan merasa enjoy dengan kariernya. Memasarkan diri
harus menjadi kebiasaan, begitu ditulis konsultan manajemen di perusahaan
konsultasi Baldwin Group, Newport Beach, Amerika Serikat.
Dalam
kacamata Avaraily Z.A. Sampulawa, Koordinator Rekrutmen The Jakarta Consulting
Group, kegiatan mempromosi diri sebaiknya tidak dilakukan secara membabi buta,
karena bisa menimbulkan kesan norak dan kampungan. "Sampaikan dengan bahasa yang
komunikatif," ia menyarankan, dan menurutnya pula, seseorang yang sering
berkoar-koar ke sana kemari menuturkan kehebatan dirinya, terbukti tak memiliki
kehebatan prestasi. Dalam pandangan Avaraily, seseorang yang memiliki prestasi
dan kemampuan hebat dengan sendirinya terlihat berkilau. "Seorang profesional
yang memiliki good performance pasti dicari para head hunter,"
ungkapnya.
Dalam
kerangka memasarkan diri, ia menilai, jejaring juga merupakan elemen yang
penting dikembangkan, sehingga kapabilitas dan kredibilitasnya diketahui, paling
tidak di industri yang digelutinya. Dikatakan Avaraily, mempromosi diri harus
dilakukan secara profesional dan, "Harus mengetahui core competency yang
dijualnya."
Bagaimana mempromosi diri yang efektif dan profesional? Menurut Jane,
menjual potensi diri tanpa memperhatikan semua faktor yang terlibat di dalamnya,
ibarat perusahaan yang mencoba menjual produknya tanpa memperhatikan
mutu-keunggulan-harga-promosi-distribusi. Intinya, memasarkan diri sama saja
dengan memasarkan produk ke pasar. Pemasaran diri tidak bisa sekadar
mengandalkan curriculum vitae. Namun, meliputi pula aspek 5P --produk,
promosi, place, price dan positioning.
Dalam
memasarkan diri, produk yang dijual adalah Anda sendiri. Bukan semata daftar
panjang riwayat perjalanan karier. Produknya adalah keterampilan, prestasi,
pendidikan formal, kredibilitas, pelatihan yang diikuti, latar belakang,
pengalaman, jabatan, kepribadian, penampilan dan sikap. Untuk mempromosi diri
secara benar, seseorang perlu berfokus pada pesan yang disampaikan, cara
penyampaiannya, dan siapa penerimanya. Seseorang bisa memasarkan diri secara
formal maupun informal kepada atasan, kolega atau para pengambil keputusan di
perusahaan lain.
Supaya "jualan" Anda berhasil, tentukanlah lokasi yang dijadikan tempat
memasarkan produk yang dimiliki (place). Sebagai orang yang memasarkan
diri, Anda pun harus memberi harga Anda sesuai dengan citra dan produk yang
ditawarkan (price). Memasarkan diri sejatinya taktik menjual. Aspek yang
harus digali: Memahami diri sendiri dan menampilkannya, menghadirkan kesan pada
orang yang tepat di situasi yang tepat pula, memberi harga yang layak pada diri
sendiri, dan memosisikan diri guna memperoleh dampak karier yang
signifikan.
Marketing Yourself and Your Career memberikan tip berikut:
(1)
Pelajari diri Anda baik-baik, supaya dapat mempromosi diri secara efektif. (2)
Pertimbangkan citra apa yang Anda tunjukkan?
(3) Bagaimana caranya dan kepada siapa ditujukan?
(4) Perjelas, siapa "pembeli" kemampuan dan kepiawaian Anda.
(5) Tentukan harga Anda sesuai dengan kemampuan, keterampilan dan tujuan Anda bekerja.
(3) Bagaimana caranya dan kepada siapa ditujukan?
(4) Perjelas, siapa "pembeli" kemampuan dan kepiawaian Anda.
(5) Tentukan harga Anda sesuai dengan kemampuan, keterampilan dan tujuan Anda bekerja.
Seperti telah disinggung di atas, memasarkan diri juga perlu dilakukan,
meski seseorang tidak berniat berpaling ke industri atau perusahaan lain.
Seseorang yang betah dan enjoy dengan kariernya, perlu pula memasarkan
diri. Mempromosi diri dalam organisasi bermakna lebih dari sekadar naik jabatan,
tetapi juga perpindahan jabatan, memanfaatkan kesempatan yang berbeda, serta
memperkaya pekerjaan yang sedang ditekuni. Dalam kerangka mempromosi diri,
sebaiknya Anda membahas karier dengan atasan, setidaknya sekali dalam
setahun.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan komentar dengan baik. Komentar bernada spam akan saya hapus